Pendidikan

Pengetahuan ditingkatkan dengan belajar; kepercayaan dengan perdebatan; keahlian dengan latihan dan cinta dengan kasih sayang.

Ilmu

Seseorang dengan wawasan yang cukup untuk mengakui kekurangannya berada paling dekat dengan kesempurnaan.

Frank Zappa

If you want to get laid, go to college. If you want an education, go to the library.

Robert Frost

Education is the ability to listen to almost anything without losing your temper or your self-confidence.

Abdullah bin Abbas

Ilmu itu di dapat dari lidah yg gemar bertanya dan akal yg suka berpikir.

Jumat, 26 Juni 2015

JENIS-JENIS PENDIDIKAN








Agar dapat mencapai tujuan pendidikan yang di harapkan peserta didik maka jalur pendidikan pun dibedakan ke dalam 3(tiga) jenis, yaitu :
1.       Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah pendidikan yang ditempuh pada lembaga legal dan tahapan dalam Agar
dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, di dalam proses pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan suatu potensi dari diri peserta didik. Maka dari itu Jalur Pendidikan pendidikan ini sangat jelas. Dalam pendidikan Formal,  peserta didik harus menempuh pendidikan dasar yang memiliki waktu selama 9 (Sembilan) tahun, selanjutnya dilanjutkan ke tingkat SMA atau SMK, setelah itu para peserta didik juga masih bisa melanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi yaitu ke Perguruan tinggi.
  * Contohnya:
·         Taman Kanak-kanak (TK)
·          Raudatul Athfal (RA)
·         Sekolah Dasar (SD)
·         Madrasah Ibtidaiyah (MI)
·         Sekolah Menengah Pertama (SMP)
·         Madrasah Tsanawiyah (MTs)
·         Sekolah Menengah Atas (SMA)
·         Madrasah Aliyah (MA)
·         Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
·         Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)
·         Perguruan tinggi
·         Akademi
·         Politeknik
·         Sekolah Tinggi
·         Institut
·         Universitas


2.       Pendidikan Non-Formal
Pendidikan non-formal  biasanya terdapat pada anak usia belia ataupun sebagai pendidikan penunjang kegiatan belajar secara formal. Pendidikan non-formal itu sendiri seperti  hadirnya tempat kursus, seperti  kursus bimbingan belajar, kursus musik, kursus menari, kursus komputer dan sebagainya. Memang tidak semuanya di  lapisan masyarakat mampu mengenyam pendidikan non-formal ini, akan tetapi banyak juga lembaga yang menyediakannya pendidikan non-formal gratis seperti pendidikan di TPA untuk peserta didik beragama Muslim atau  Sekolah Minggu untuk peserta didik beragama Kristen dan Khatolik.  Memang tidak semua lapisan masyarakat mampu mengenyam pendidikan non-formal, tapi banyak juga lembaga yang menyediakannya secara gratis.
* Contohnya :
·         Kelompok bermain (KB)
·         Taman penitipan anak (TPA)
·         Lembaga kursus
·         Sanggar
·         Lembaga pelatihan
·         Kelompok belajar
·         Pusat kegiatan belajar masyarakat
·         Majelis taklim


3.      Pendidikan informal
 Pendidikan informal adalah pendidikan yang dilakukan secara mandiri dari dalam diri sendiri yang memiliki kesadaran serta tanggung jawab yang penuh dalam proses penerapannya. Pendidikan informal dimulai dari lingkungan keluarga serta lingkungan masyarakat. Jika pendidikan ini dimulai dari lingkungan keluarga, maka peran orang tua sangat penting sebab orang tua merupakan teladan bagi para peserta didik. Orang tua pun harus memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup sehingga akan berdampak positif bagi peserta didik. Sementara, pendidikan dari lingkungan masyarakat juga tidak kalah pentingnya, karena peran masyarakat adalah sebagai  pembentukan karakter seseorang.  Jika kita memiliki lingkungan masyarakat yang baik, maka para peserta didik pun akan menghormati dan menjalankan sesuai tata tertib yang ada di dalam lingkungan tersebut. Namun jika dilingkungan masyarakat tidak memiliki perilaku yang baik, dikhawatirkan akan berdampak yang negative dalam perkembangan mental peserta didik tersebut.
Contohnya :
  Agama
• Budi pekerti
• Etika
• Sopan santun
• Moral dan Sosialisasi
Penyelenggara
·        Keluarga
·        Lingkungan




FAKTOR BURUKNYA MUTU PENDIDIKAN








Dalam sebuah proses pendidikan/pembelajaran, guru merupakan salah satu komponen terpenting karena dianggap mampu memahami, mendalami, melaksanakan, dan akhirnya mencapai tujuan pendidikan. Dan murid merupakan pendengar dan menyerap semua pelaksanaan materi yang sudah di ajarkan melalui media pembelajaran yang diberikan. Akan tetapi proses pembelajaran ini masih di anggap ringan yang akhirnya berakibat buruknya mutu pendidikan, berikut faktor-faktor buruknya mutu pendidikan,yaitu:
1.      Peraturan Yang Terlalu Meningkat
 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang seharusnya sekolah memiliki kurikulum sendiri  sesuai dengan karakteristiknya. Namun apa yang terjadi? Karena tuntutan RPP, SILABUS yang “membelenggu” kreatifitas guru dan sekolah dalam mengembangkan kekuatannya. Yang terjadi RPP banyak yang jiplakan. Padahal RPP seharusnya unik sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah. Administrasi-administrasi yang “membelenggu” guru, yang menjadikan guru lebih terfokus pada administrator, sehingga guru lupa fungsi utama lainnya sebagai mediator, motivator, akselerator, fasilitator, dan lainnya.
2.      Kurangnya  Sarana  Belajar
Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup. Pemerintah yang semangat memberikan pelatihan pengajaran yang PAIKEM tanpa memberikan pelatihan yang benar-benar memberi dampak dan pengaruh. Malah sebaliknya, pelatihan metode PAIKEM oleh pemerintah dilaksanakan dengan hanya berupa Ocehan belakang.
3.       Pembelajaran Hanya  Pada Buku Paket
Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? TIDAK. Karena pembelajaran di sekolah sejak jaman dulu masih memakai KURIKULUM BUKU PAKET. Sejak era 60-70an, Pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi “ACUAN” pengajaran guru. Sebagian Guru Tidak pernah mencari sumber refrensi lain sebagai acuan belajar.
4.      Kemampuan mengatur kondisi kelas
Kondisi kelas yang kondusif berkaitan dengan kondisi peserta didik saat proses pembelajaraan sedang dilakukan. Kondisi kelas yang baik menuntut terjadinya interaksi antara guru dan peserta didik dengan baik dan saling menghargai, sehingga penyerapan materi yang disampaikan guru kepada peserta didik dapat berjalan maksimal, yang akan menghasilkan hasil belajar seperti apa yang diharapkan. Kondisi kelas yang kondusif akan mengakomodir pencapaian eksplorasi bakat dan minat peserta didik dengan maksimal pula. Dalam praktiknya, kondisi kelas yang kondusif merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas yang harus diusahakan oleh guru.
5.      Lingkungan Kelas
Lingkungan kelas merupakan suatu tempat tertentu yang secara spasial menjadi lokasi proses pembelajaran. Kelas tidak hanya memiliki batasan ruang dalam sebuah gedung sekolah, tapi dapat dilakukan di mana saja asalkan terjadi interaksi pembelajaran antara guru dan peserta didik serta merupakan bagian dari proses pembelajaran yang sistematis. Lingkungan kelas akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan kondisi dalam kelas itu sendiri.
6.      Lingkungan Sekitar Sekolah
Lokasi sekolah turut mempengaruhi proses pembelajaran di kelas. Sekolah yang terletak di lingkungan yang sejuk dan asri akan mendukung proses pembelajaran. Berbeda dengan sekolah yang terletak di lingkungan industri yang panas dan penuh polusi atau sekolah yang terletak di lokasi yang kerap kebanjiran. Kondisi tersebut akan membawa dampak buruk bagi proses pembelajaran di kelas.




Sumber :